
Pernah dengar Underconsumption Core? Tren TikTok ini menantang budaya konsumerisme yang biasa terlihat di media sosial demi mengutamakan hidup hemat.
Bulan Januari ini saja sudah ada 10k konten #underconsumptioncore di TikTok. Isinya bukan haul kosmetik atau pakaian terbaru, tapi cara memperbaiki dan merawat barang sendiri, style kembali pakaian yang sudah ada, atau contoh produk-produk serbaguna.

Konsep Underconsumption Core ini bukan sesuatu baru. Awal 2024 pernah ada tren deinfluencing yang mencegah konsumen untuk membeli produk berlebihan atau tidak dibutuhkan, kebalikan dari peran influencers yang biasa mengajak untuk membeli.
Namun, akhir-akhir ini ada perkembangan pesat dalam gerakan underconsumption di media sosial apalagi di antara kalangan muda. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan ini adalah:
Faktor Finansial.
Tekanan finansial membuat anak muda mempertimbangkan kembali prioritas pengeluaran mereka.
Perhatian Terhadap Lingkungan.
Kesadaran terhadap lingkungan mengalihkan konsumen ke arah yang lebih sustainable.
Mindful Shopping.
Konsumen lebih memilih produk yang sesuai dengan nilai mereka, sehingga tidak terpengaruhi oleh pemasaran agresif.
Perubahan dalam pola konsumsi dapat mempengaruhi bagaimana konsumen memilih untuk berinvestasi uang mereka. Brand seperti fashion dan kosmetik, yang biasa mengikuti tren, dapat mengalami penurunan dari penjualan jika tidak menyesuaikan strategi pemasaran. Maka, ini ada beberapa cara komunikasi efektif yang bisa dicoba brand:
1. Focus on Quality.
Konsumen ingin barang yang kokoh, bertahan lama dan dapat digunakan selama bertahun-tahun. Contoh: Samsonite USA
Samsonite menunjukkan durabilitas koper mereka yang masih bagus dan bertahan setelah ratusan perjalanan. Seakan menyatakan bahwa produk mereka yang terbaik di market karena yakin dengan kualitasnya, sehingga tidak perlu beli dari tempat lain.
2. Authentic Storytelling.
Sifat terbuka dan tulus dalam cara komunikasi membangun kepercayaan dan loyalitas.
Contoh: HMNS Perfumery IDN
HMNS menceritakan perjalanan mereka ketika mengembangkan salah satu produknya. Jujur dengan tantangan yang dihadapi dan apa yang mereka lalui, menunjukkan bahwa mereka mengutamakan kesempurnaan dan menjamin kualitas produk ini yang terbaik.
3. Brand Values. Apa dorongan terbesar brand? Karena inilah yang akan dikomunikasikan pada audiens dan menarik perhatian konsumen yang mempunyai nilai yang sama.
Contoh: SukkhaCitta IDN
SukkhaCitta dari awal menjelaskan tujuan utama dan komitmen mereka dengan apa yang ingin diciptakan. Ketika berbicara produk, audiens tidak hanya melihat sebuah benda, tetapi juga sebuah gerakan. Ada hubungan emosional yang lebih dalam dengan produk itu sendiri.
4. Minimalist or Multipurpose Product.
Satu produk menawarkan berbagai fungsi, sehingga hemat tempat, waktu, dan mengurangi limbah. Tunjukkan pada audiens bahwa produk ini saja sudah cukup.
Contoh: Embryolisse IDN
Lait Cream yang dikeluarkan oleh Embryolisse menawarkan berbagai keunggulan dan dapat digunakan oleh berbagai usia. Seorang Ibu bisa menggunakan produk ini untuk dirinya dan anak-anaknya, mengurangi kebutuhan untuk gonta-ganti antara produk dan keseharian dia menjadi lebih sederhana.

5. Curate Products.
Fokus keluarkan produk yang relevan dengan konsumen. Menawarkan pengalaman belanja yang personal karena produk sesuai dengan selera dan minat mereka.
Contoh: Sincerely Sea IDN
Sincerely Sea mengutamakan sustainability dan craftmanship dengan produk made-to-order dalam skala kecil. Dengan jumlah rilisan yang terbatas, produk yang dikeluarkan berkesan personal sehingga tumbuh rasa sentimental dan keingingan untuk menjaga barangnya.
Tren Underconsumption Core ini bisa menjadi tantangan, namun juga bisa menjadi kesempatan bagi brand untuk memposisikan diri sebagai brand yang dapat diandalkan, bertahan, dan dipercaya sehingga audiens tidak perlu ke brand lain.

Comments