
Tahu ngga, bahwa
90% informasi yang diserap oleh otak kita itu visual, dan
Informasi visual 60,000 kali lebih cepat diserap otak dibanding teks?
Makanya, kalo kamu perhatiin pedagang bakso, biasanya bakso, bihun, dan mie akan “dipajang” di lemari kaca gerobak.

Tujuannya adalah untuk menarik perhatian para orang lapar agar beli dagangannya.
Sadar atau ngga, hal yang dilakukan oleh tukang bakso adalah sebuah teknik visual merchandising lho.

Apa itu visual merchandising?
Visual merchandising adalah cara untuk menata produk dan elemen lain toko ritel agar produk menarik perhatian pelanggan.
Beberapa contoh visual merchandising yang kamu pasti pernah lihat termasuk:
Manekin berpakaian di toko baju
Buah-buahan segar disusun sesuai dengan warna di supermarket
Display bertema musiman di mall
Bisa dikatakan, visual merchandising adalah paduan dari seni dan sains, kok bisa? Di satu sisi, proses ini butuh kreativitas tinggi untuk membuat display yang rapi dan menarik.
Di sisi lain, kamu juga butuh mengetahui konsep psikologis untuk menginfluence perilaku para pelanggan untuk membeli produk kamu.

Sebagai contoh, ada teori yang mengatakan bahwa warna merah bisa buat kamu laper. Itulah alasan kenapa restoran fast food sering menggunakan warna merah sebagai warna dominan di gerai-gerainya. Ini hanya satu dari ratusan trik psikologi yang digunakan oleh para visual merchandiser untuk menarik perhatian kamu.

Visual merchandising ala pedagang kaki lima
Meskipun visual merchandising dilandasi oleh teori psikologis, bukan brand ternama doang lho yang nerapin teknik-teknik visual merchandising. Jangan diremehkan, para penjual kaki lima juga perhatiin kok perilaku pelanggannya, sehingga mereka bisa nerapin sendiri beberapa teknik visual merchandising pada lapak dagangannya.
Selain contoh tukang bakso diatas, berikut ini adalah teknik visual merchandising lain yang kamu bisa temukan di pedagang kaki lima!

Spanduk pecel lele yang simpel dan efektif
Dimanapun kamu berada, ada satu hal yang selalu stabil dari Sabang sampai Merauke. Yaitu, spanduk pecel lele yang motifnya itu-itu aja. Saking ikoniknya, bahkan melihatnya dari jauh, pasti kamu sudah tahu bahwa itu adalah sebuah warung pecel lele.
Motif design tersebut ada makna dan fungsinya tersendiri lho. Warna hijau stabilo digunakan agar teksnya mudah dibaca, apalagi saat malam hari, waktu dimana mayoritas warung pecel lele beroperasi. Teks tersebut akan selalu dipadukan dengan gambar 4 hewan yang mewakili menu penjualnya.
Efektif dan simpel kan? Para art director bisa ambil pelajaran nih kayaknya.

Pyramid principle ala warung buah
Kenapa buah di warung selalu ditumpuk dalam bentuk segitiga piramida? Ternyata, bentuk pyramid itu adalah sebuah trik visual merchandising! Pyramid principle mengatakan bahwa bentuk piramida adalah cara untuk mengarahkan mata pelanggan terhadap produk utama yang ingin dijual.
Bentuk piramida ini mengarahkan pandangan kamu dari dasar ke puncak, sehingga kamu lebih fokus ke produk yang paling atas. Biasanya, yang paling atas ini buah terbaru yang paling segar, barang kemarin yang mungkin udah ngga terlalu bagus akan ditempatkan di bawah piramid.
Selain itu, secara psikologis penataan produk dalam bentuk piramida juga membuat keseimbangan visual yang enak untuk dilihat.

Asap dan ASMR, teknik sensory marketing tukang sate
Istilahnya memang laper mata, tapi indera lain juga ada faktornya lho. Sensory marketing adalah cara untuk meningkatkan minat beli pelanggan dengan menarik perhatian satu dari 5 indera manusia.
Suara dan aroma memiliki kaitan yang cukup kuat dengan ingatan, sehingga efektif untuk menarik perhatian pelanggan. Nggak perlu jauh-jauh, trik sensory marketing ini juga dipakai kok sama tukang sate langganan.
Kalo lagi BM sate ayam, salah satu hal yang kepikiran pasti adalah wanginya. Kedua, kamu mungkin juga inget suara sate yang sedang sizzling di atas arang. Mengingatnya aja bisa bikin ngiler!
Nah, para tukang sate ini sadar bahwa selain visual, indera penciuman juga efektif banget untuk menggiurkan pembeli. Katanya, walaupun nggak lagi bakar sate, para tukang sate akan menyiram minyak sisa ke arang, agar aromanya tetap semerbak.
Meskipun namanya visual merchandising, kamu bisa enhance pengalaman belanja jika visual dipadukan dengan aroma ataupun suara/musik yang memorable. Pengalaman multisensory ini akan lebih berkesan bagi pelanggan dan juga membuatnya ingin balik lagi.

Display akuarium tukang rujak
Ironis ngga sih, penjual rujak itu pakai akuarium, kalo penjual ikan cupang ikannya malah diplastikin. Bukannya harusnya kebalik ya?
Ternyata ada alasannya lho kenapa tukang rujak suka menyimpan buahnya di akuarium. Tujuan yang paling jelas, agar dagangannya keliatan jelas untuk pembelinya. Pelanggan bisa lihat kesegaran buahnya sendiri.
Selain untuk menarik perhatian orang laper mata, ada triknya psikologisnya juga nih. Es batu akan membuat kacanya embun, alhasil visual buahnya akan terlihat lebih segar dan menarik.
Ternyata, para pedagang ini cukup licik ya dalam menerapkan visual merchandising pada dagangannya.
Selain contoh-contoh ini, ada teknik visual merchandising apa lagi yang kamu pernah lihat dipakai pedagang kaki lima?
Comments